Penyebab Rendahnya Penguasaan Bahan Siswa Indonesia

Info Populer 2022

Penyebab Rendahnya Penguasaan Bahan Siswa Indonesia

Penyebab Rendahnya Penguasaan Bahan Siswa Indonesia
Penyebab Rendahnya Penguasaan Bahan Siswa Indonesia
Penyebab Rendahnya Penguasaan Materi Siswa Indonesia Penyebab Rendahnya Penguasaan Materi Siswa Indonesia
HOTS bukanlah mengingat kembali suatu informasi, melainkan ada solusi yang bermacam-macam dan bernuansa interpretasi.

Salah satu penyebab rendahnya penguasaan materi dinilai alasannya ialah siswa Indonesia belum terbiasa mengerjakan soal memakai Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Dalam bahasa umum, HOTS merupakan keterampilan berpikir dalam tingkat lebih tinggi yang pendekatannya tidak hanya berpikir untuk mengingat, tetapi juga meningkatkan kreativitas dan analisis memecahkan suatu masalah.

“HOTS bukanlah mengingat kembali suatu informasi, melainkan ada solusi yang bermacam-macam dan bernuansa interpretasi. Penerapannya terdiri dari kriteria yang berbeda,” ujar Senior Researcher Fellow ACER, Doug McCurry yang kutip dari Kompas (06/07/19).

Dia menambahkan, HOTS juga bekerjasama suatu problem yang diperdebatkan dengan alasan yang masuk akal. Selain itu, di dalamnya juga ada kesimpulan, evaluasi, dan argumen.

Lihat juga: Membangkitkan Nalar dan Berpikir Kritis Siswa

“Alasan itu dipakai untuk memecahkan problem yang unik dan membutuhkan solusi tertentu. Siswa harus menciptakan keputusan dalam situasi saat mereka menghadapi suatu masalah, ini merupakan tantangan tersendiri,” kata McCurry.

Menurutnya di Australia, ini menjadi penggalan dari sistem penilaian ujian sekolah yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Ujian tersebut mengutamakan kemampuan berpikir, bukan hanya mengingat alasannya ialah kemampuan mengingat itu terbatas.

Australian Council for Educational Research (ACER) Indonesia menggelar diskusi “Mengajar dan Menilai Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi” sebagai salah satu bentuk kepedulian pada sistem pendidikan di Indonesia.

Diskusi digagas untuk melihat sistem ujian Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2015, di mana Indonesia menduduki peringkat 10 terendah, bahkan di bawah Vietnam dan Thailand.

PISA digagas oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam penilaian terhadap sistem pendidikan di 72 negara melalui tiga kompetensi dasar, yaitu membaca, matematika, dan sains.
Advertisement

Iklan Sidebar